Jumat, 16 Agustus 2013

Proklamasi Diri

Selamat datang kembali!
Pastikan kamu datang bersama kemerdekaan di gandengan tanganmu.

Hari ini adalah hari yang baik.
Bersamaan dengan Dirgahayu 68 Republik Indonesia,
aku ingin memproklamasikan kemerdekaanku.

2013.
Mereka bilang angka 13 adalah angka sial.
Tapi aku, Theresia Grace Jayanti, hari ini dengan tegas akan menyangkalnya.
Tidak ada suatu kesialan yang datang dari sebuah angka.
Untung dan malangnya manusia datang dari manusia itu sendiri.
Tidak tidak. Bukan dari Tuhan, melainkan dari manusia.
Dari pikiran dan sugesti alam yang diciptakan oleh manusia.
Dari sempitnya ruang yang ia miliki untuk bersyukur.

Hari ini aku menyatakan diri bahwa AKU TELAH MERDEKA!

Dengan bangga, hari ini aku menulis,
dan membiarkan kalian semua membaca tulisan ini.
Sebuah keyakinan, harapan dan syukur:
AKU TELAH MENANG!
Aku memenangkan diriku atas kegagalan yang pernah aku alami.
Aku berhasil menggali nilai-nilai besar dari setahun perkuliahan di bangku rumah.

Aku berdoa dan Tuhan mendengarkan.
Sebuah bisikan berkata kepadaku dengan lantang,
"Memohonlah sesuatu yang pantas untuk kamu permohonkan. Memohonlah sesuatu yang dapat kamu pertanggung jawabkan."
Aku memohon, dan Tuhan mengabulkan.
Aku diterima di sebuah institusi perguruan tinggi.
dan sebentar lagi aku akan melangkahkan kakiku ke pintu gerbang masa depan itu.

Bagiku ini adalah sebuah hadiah yang luar biasa.
Rasa syukurku meluap-luap dan nyaris membludak.
Tuhan membayar setiap air mata dan busa mulut ketika aku berdoa.
Tunggu tunggu.
Yang barusan agak sedikit berlebihan.
Aku mau memberitahumu satu hal:
Jangan pernah ngoyo dalam berdoa dan memohon.
Jangan memaksa Tuhan.
Beri Dia kelonggaran,
Seperti Dia memberimu rongga untuk bernafas.
Seperti Dia memberi kepercayaan pada jantungmu untuk berdetak,
percayalah pada Nya.

Ini yang terjadi padaku.
Tuhan memberiku sekian banyak pilihan,
aku memilih tiga yang menurutku terbaik, dan menyerahkan ketiganya pada Tuhan.
Dari ketiga pilihan yang aku berikan pada Nya,
Tuhan memberi aku satu yang menurut Nya terbaik.

Tapi ini bukan satu-satunya hadiah yang aku terima atas penantianku,
atas kemenanganku, juga atas kemerdekaanku,
masih ada lagi.

Hadiah yang Tuhan berikan tepat disaat hatiku patah.
Menulis.
Sahabat terbaik yang mengajakku untuk terbuka.
Aku menelanjangi diriku lewat jari jemari yang menari di atas keyboard.
Dan aku berhasil.
Tulisanku dimuat di sebuah harian surat kabar.
Hadiah ini adalah sebuah motivasi besar yang mengingatkan aku
bahwa aku masih hidup, dan aku layak untuk menang.
Hari hariku kembali dipenuhi dengan naskah-naskah soal,
dan diwarnai dengan lukisan-lukisan frasa di layar laptop.
Semangatku berkobar dan kepercayaanku menyala-nyala.
Begitulah seterusnya sampai aku menang.

Mereka bilang, "Jatuh itu biasa, yang luar biasa adalah ketika kamu dapat berdiri lagi."
Mungkin mereka benar.
Bisa jadi.
Aku berdiri lagi, dan aku merasa luar biasa.
Ya. Aku telah menang.
Aku tidak tenggelam dalam keterpurukanku.
Meski perutku harus keram, meski lututku kedinginan, aku terus berenang.
Dan kamu bisa lihat sekarang, AKU MENANG!

Kemenangan yang aku lontarkan ini bukan semata-mata mengenai hal penerimaan oleh institusi-institusi tertentu,
melainkan kemenangan atas penerimaan oleh diriku sendiri.

Soekarno pernah berkata, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."
Menurutku Soekarno itu benar, tapi bagiku perjuangan yang tersulit adalah perjuangan melawan diri sendiri.
Melawan egoisme diri, melawan kemalasan, melawan rasa takut, melawan kepedihan, melawan kegagalan dan melawan musuh-musuh ganas lainnya.

Jadi sekali lagi, aku lantangkan:
AKU TELAH MENANG!
AKU MERDEKA!
dan aku bangga bisa menceritakannya disini dengan rasa syukur dan kerendahan hati.