Minggu, 03 November 2013

Cambuk


Kamu, selamat datang!
Iya. Kamu, lelah.

Kamu adalah lelah yang sama,
yang aku nantikan sejak tiga ratus enam puluh lima hari yang lalu.
Lelah yang begitu dahsyatnya aku tunggu,
dengan ratapan pada Hyang Kuasa,
dengan derasnya buih permohonan.
dengan dua hilir sungai yang berhulu pada pelupuk mata.

Kamu tidak mengerti
Kamu tidak paham tentang bagaimana merindunya aku;
seorang gadis yang harus menunggu pergantian hari bersama hujan
untuk bisa menikmati sesuatu yang kamu keluhkan sebagai sebuah letih

Keringat yang produktif, rentangan raga yang menggores karya.
Lelah yang membuat badanmu terasa sehat,
sepusing apa pun cenut kepala, dan sepanas apa pun suhu badan yang meletup
Lelah yang sedemikian membuatku merasa begitu hidup

Kamu tidak mengerti
Kamu tidak paham tentang bagaimana tahun menjadi cambuk
seorang gadis yang selalu ingin terjaga lebih lama
karena kemuakannya pada mimpi yang sudah menjamahinya lebih dari cukup

Tiga ratus enam puluh lima hariku telah menjadi cambuk,
menjadi batangan korek api yang mengganjal kantuk
menjadikan buku setebal ribuan halaman sebagai bantalan empuk,
menjadikan pelangi berani melengkung ke atas, demi menahan suntuk

Cambuk ini,
menerpakan dentum semangat setiap kamu datang, lelah.
Jadi aku bahagia saja,
sederhana.