Rabu, 22 Agustus 2012

Tentang Menulis

Huamm ..

Hai hai hai.. FIY *for your information : AKU SUNTUK -_- Dan hal yang aku lakuin di tengah kesuntukanku adalah menulis ..
Sebenernya ngga ngerti juga mau nulis tentang apa.. (maklum yah, lagi suntuk) Jadi bagaimana kalau aku mulai dengan satu kata yang sedang kupikirkan : MENULIS :)


Untuk seorang bocah cilik, hal pertama yang perlu dipelajari dalam menulis adalah .. memegang pensil :D
Selanjutnya adalah mengarahkan goresan tangannya sambil menghafalkan bentuk huruf, yang menurut sang bocah, merupakan sebuah gambar.. ckck #curcol


Waktu aku kecil, menulis ' G - R - A - C -E ' adalah hal yang sangat sulit untukku. Sebagai seorang Grace kecil, aku ngga terima kalau namaku tuh tulisannya ribet dan ngga sesuai dengan pengucapannya..
Menurutku, harusnya tulisannya tuh ngga mengandung huruf ' C ' tapi mengandung huruf ' S ' !! Hahaha :p
Oo iya, awalnya bahkan aku ngga bisa mengucapkan namaku sendiri dengan benar : D
Lalu, ngga lama setelah aku mengerti dan mulai bisa menyebutkan namaku sendiri, aku mulai ngga terima kalau orang lain salah mengeja namaku.. haha

Okay, mari kembali lagi berbicara tentang menulis .. :D

Seiring berkembangnya pribadi seseorang, setiap individu akan menghayati arti menulis sesuai pandangan mereka masing-masing.. Menulis bisa jadi merupakan suatu lukisan perasaan, buah karya keisengan, hingga menjadi sebuah modal untuk mencari penghidupan. Seperti teman saya Clara Pranandita, dia bercita-cita ingin menjadi seorang penulis :)

Menulis dalam keadaan perasaan yang baik akan menjadi sangat menyenangkan, berbeda halnya dengan ketika seseorang melakukannya karena suatu keterpaksaan atau sejenisnya.

Saat kita menulis, sadar atau tidak, kadang kala perasaan kita (saat menulis) juga tertuang dalam setiap kata yang kita pilih.. Jadi ngga heran kalau sebagian penulis yang sukses adalah mereka yang menulis dengan menggunakan perasaan.
Hal semacam ini ngga cuma berlaku buat mereka yang suka nulis lho, tapi juga masyarakat pada umumnya..
Misalnya nih.. waktu kamu nulis sms.. hehe Aku saranin kamu mulai berhati-hati dalam memilih kata-kata yang kamu pakai waktu lagi sms-an :)

Buat aku sendiri, menulis adalah suatu ekspresi.. Salah satu bentuk kamu mengungkapkan sesuatu..
Aku ngga tau gimana yh, tapi lama kelamaan aku rasa ... aku suka nulis :)
Dulunya aku sok-sok ikutan nulis diary gitu.. rasanya geli sendiri kalau baca tulisan yang udah dari zaman kapan gitu.. hehe
Kata guru bahasa Indonesia ku dulu (waktu SMP) : dengan nulis kejadian yang kamu alami di buku harian (diary), kamu akan terbantu untuk mengingat hal-hal kecil yang pernah kamu alami.. Kamu jadi tau bagiamana kamu harus memperbaiki diri tanpa mengubah image kamu.. Trus buku diary itu juga sekaligus bisa menyimpan kenangan-kenangan pahit-manis yang pernah kamu alami..
Tapi aku juga jadi mencari sisi negatif nya.. Dan hal yang paling aku takutkan adalah ketika hal-hal yang menurut kamu "bersifat pribadi" itu dibaca atau terbaca oleh orang lain.. Huaaaa ngga mau banget deh -.-
Terus entah bagaimana, aku berhenti menulis diary.. :p

Selama beberapa waktu, aku sempat berhenti menulis.. Terus aku mulai ngga tahan, karena ngga bisa mengekspresikan perasaanku.. Jadi yang aku lakukan adalah : menulis puisi.. ckck
Aku bukannya mau sok puitis #sumpah.. Aku tuh cuma pengen membahasakan diri, tanpa orang lain bisa ngerti maksudnya :p ahaha Hebatnya, aku ingat peristiwa apa yang menginspirasi aku untuk menulis setiap rangkaian kata itu.. dan sebagian besar orang yang liat itu rada males baca karena ngga ngerti... Yeeeyyy :D
hehe..

Intinya, aku senang kalau tulisan ku itu ngga langsung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi cuma 'tersirat' aja :)

Hal selanjutnya yang aku dapat adalah tentang blogging :)

Buat aku ini benar-benar sarana yang tepat untuk berekspresi.. haha Gimana engga, aku bisa nulis sampai panjang lebar gitu.. hehe

Menurut majalah Gadis, kita bisa menulis apa aja yang kita mau.. Semakin banyak kita menulis, akhirnya kita akan menemukan jenis tulisan yang mencerminkan diri kita :)

Jadi, waktu aku bikin blog ini.. aku memutuskan untuk menulis apa aja yang sedang aku pikirkan..


Simple nya, selama aku masih bisa berpikir, 
aku ngga akan berhenti menulis :)

Kata temanku Hilaria Norma Wigati, ngga pernah ada yang salah dengan sebuah tulisan..  
Jadi, soal menulis itu .. aku rasa setiap orang berhak untuk menulis.. Dan jika boleh aku tambahkan, menulis adalah suatu kebebasan, asalkan menciptakan dunia yang positif, bukan sebaliknya :)

Salam hangat :)

Jumat, 17 Agustus 2012

Dari Lapangan Upacara


Hari ini adalah HUT 67 Republik Indonesia.

Umurku belum mencapai seperempat dari usia bangsa ini.. Tapi sejauh aku hidup di tanah air, aku selalu membayangkan bahwa enam puluh tujuh tahun yang lalu (dan beberapa tahun setelahnya), hampir seluruh masyarakat di seluruh daerah mengikuti upacara hari kemerdekaan..

Pria-pria gagah dengan pakaian kebanggaannya,
Wanita-wanita yang anggun dalam balutan kebaya,
Juga anak-anak dan remaja yang berdiri dengan khikmat
di hadapan sangsaka yang hendak dikibarkan..

Aku kira saat itu, mereka pasti dengan senang hati dan penuh sukacita, meninggalkan sejenak aktivitas mereka untuk berkumpul  di lapangan upacara.. 

Aku bisa membayangkan bagaimana mereka bahagia, menyaksikan Sang Merah Putih bergerak naik sambil diiringi lagu Indonesia Raya.. Pasti rasa haru akan menyelimuti mereka, jika mengingat bagaimana penantian yang mereka lakukan untuk detik-detik kemerdekaan itu.. Juga bagaimana sanak saudara dan kerabat dekat mereka, yang dapat dipastikan tak dapat lagi berdiri diantara mereka, karena gugur di medang perang :’)


Sekarang, mari kita lihat ke sekeliling kita ..


Kenapa yah, Bapak Presiden kita yang terhormat menghabiskan uang senilai Rp 7 Milliar untuk kepentingan upacara di Istana Merdeka.. Padahal, biasanya uang yang dikeluarkan untuk kepentingan tersebut hanya berkisar sekitar Rp 2 Milliar saja..

Hmm.. bukankah lebih baik jika dana itu dialokasikan untuk memperbaiki kualitas pendidikan pejuang muda kita di seluruh pelosok tanah air?


Para pejabat negara yang terhormat itu, berdiri dibawah tenda senilai ratusan juta rupiah saat mengikuti acara pengibaran bendera di Istana Merdeka.. Sementara beberapa bulan yang lalu, di sebuah sekolah terpencil, sekumpulan bocah harus belajar dibawah atap sekolah yang bocor.. 

Apakah hari kemerdekaan RI harus dirayakan dengan kemegahan? Dengan souvenir-souvenir cantik yang diterimakan kepada seluruh tamu undangan?

Atau akan lebih banggakah kita, jika dapat merayakan hari kemerdekaan dengan upacara sederhana, dan rentetan kegiatan negara yang berbau sosial kemasyarakatan? Aku harap iya ..


Kenapa yah, di lapangan upacara biasanya hanya banyak dipenuhi oleh para pelajar sekolah, beserta guru-guru mereka yang berjajar di belakang.. atau dengan para pegawai pemerintahan yang berbaris dibawah terik matahari, dengan para pejabat penting setempat yang berdiri dibawah tenda teduh, yang disewa secara khusus..

Barangkali akan menyenangkan yah, kalau di lapangan-lapangan desa dan perkotaan dipenuhi oleh masyarakat berbagai usia.. (minimal seperti ketika para warga pergi untuk main dan nonton bola)

Tidak usah megah, cukup dengan tiang sederhana beserta bendera merah putih saja..  Lapangannya ngga usah luas, pakai tanah kosong juga ngga ada salahnya.. :)

Ngga usah pakai baju bagus, pakai daster juga ngga masalah, asalkan hatinya bagus dan niatnya tulus :)

Ngga ada barisan koor atau paduan suara juga ngga apa, lagian peserta upacaranya pasti bisa (dan harusnya bisa) nyanyi lagu Indonesia Raya :)

Simple aja, ngga usah bikin pasukan 45, pasukan 17, dan pasukan 8 kayak paskibraka.. Cukup tiga orang aja dari antara warga :) Lagian, pasti ada deh dari antara bapak-bapak ibu-ibu itu yang dulu pas SMA jadi anggota PBB :) Dan yang penting adalah pembacaan proklamasinya.. Yakin deh ada sesepuh setempat yang bisa sedikit membagikan semangat 45 nya di atas mimbar..
 
Coba aja kita (termasuk aku..) ini punya kesadaran untuk melakukannya.. Pasti Bung Karno dan Bung Hatta ikut tersenyum bangga di atas sana.. :)

Lagipula kita kan ngga terlahir di zaman penjajahan.. Kita ngga perlu mengorbankan diri dan memeras keringat untuk melawan penjajah.. Kenapa juga kita ngga mau sedikit berkeringat di lapangan upacara?


Semangat 45!
Salam hangat :)