Kamis, 25 Oktober 2012

Sepenggal Kisah Bambu

Pembicara tanpa pendengar, bukanlah siapa-siapa..

Demikian juga penulis tanpa pembaca, ia bukanlah seseorang








Adakah kamu seperti bambu?

Yang pada awalnya hanya memendam dirinya dalam tanah dan tak pernah menunjukkan dirinya?

Di tahun pertamanya, bambu tak pernah menampakkan dirinya.. 
Tak terjamah orang, bahkan bagi mereka yang menanamnya.. 
Tak ada sedikitpun tanda perkembangan yang ia perlihatkan.

Sang bambu seolah menguji kesabaran pemiliknya,
"Adakah ia akan tetap merawatku?"

dan hari demi hari dilewati bambu dalam kesendiriannya di dalam tanah.


Di tahun keduanya,
bambu masih saja tak menunjukkan kehadirannya.. 
"Tidak. Aku tidak akan menunjukkan diri, sampai nanti saatnya tiba."

Sementara ia menunggu saat yang ia nantikan tiba, bambu terus melatih kesabarannya..
Sebuah proses yang panjang. Sangat ingin baginya untuk keluar dan mentas dari tanah tempatnya bernaung.
Tapi terlebih dahulu ia harus menyiapkan dirinya. Ia harus berproses. Proses dimana ia memperkuat akar-akarnya.. Menjalar dan menelusuri lapisan demi lapisan tanah tempat ia ditanam..

Terus .. dan terus


Dari air-air dan mineral yang ia peroleh, ia ingin memperkuat hadirnya..
"Kehidupan ini harus dihidupi, dan jika tidak aku mulai dari sekarang, aku akan mati." kata bambu dalam hati.
Dalam batinnya, bambu terus percaya, bahwa nanti .. jika saat itu telah tiba, ia akan tunjukkan betapa berproses itu adalah sesuatu yang sungguuhhh luar biasa

Di tahun ketiganya.. perlahan lahan tunasnya mulai muncul dan berkembang di permukaan..
Ia mampu melihat sang pemiliknya.. Si empunya yg dulu merawatnya..

Hari-hari ia lalui dalam sapaan hujan yang menenangkan.. tak pernah jenuh ia bertumbuh..
akar-akarnya semakin kuat.. Kepercayaan dirinya mulai muncul, perkembangannya mulai pesat..



Di tahun-tahun berikutnya,
bambu mampu menunjukkan kehadirannya.. Setiap kali ia membuka matanya, ia tau bahwa ia telah menjamah awan, lengan-lengannya menjadi tempat yang aman dimana induk-induk burung meninggalkan telur-telurnya..

Ia menjulang, dan kerindangannya dibanggakan oleh sang empunya..

Hingga akhirnnya, saat itu tiba..

Saat yang ia nantikan, saat dimana ia ingin menghadirkan dirinya lebih dari yang pernah ia bayangkan.

Ia ditebang.

Sebuah momen yang menyayat hatinya..

"Adakah aku mengganggu mereka?"

Aku telah berproses sejauh ini.. Aku tidak pernah berhenti untuk bersabar, tapi adakah pada akhirnya aku mengganggu sekitarku?

Batang-batanya bergelimpangan, lalu diikat satu dengan yang lain.
Dibawanya ia menuju ke kota, ke sebuah tempat dimana ia dipertemukan dengan sesamanya.

Belum berhenti sampai disitu..

Ia terpaksa berkenalan dengan alat-alat yang nampak menyeramkan baginya..

"Aku tidak mengerti. Tapi aku akan terus berusaha menghidupi kehidupan ini, atau aku akan mati." Kata bambu dalam hati.

Ia menunggu, dan membiarkan semua proses itu berjalan entah bagaimana. Ia menikmatinya, baik yang menyenangkan, hingga yang paling menyakitkan sekalipun.

Detik demi detik itu terus berrotasi, mengiringi metamorfosis sang bambu.
Dan lihatlah kini ..

Ia bukan lagi batangan-batangan panjang yang dulu menjulur menjamah awan, yang pada lengan-lengannya dipercayakan anak-anak burung.

Ia telah menjadi berbagai macam kerajinan yang sangat berguna bagi manusia. Ia menyandang kertas-kertas tipis yang membuatnya dipanggil "Lampion" , ia dianyam menjadi "Keranjang" , ada pula orang-orang yang melihatnya menari sebagai "Barongsai", sebagian darinya telah menjadi tempat berteduh bagi sejumlah keluarga "Gubug" ..

dan demikian ia terus mempercayakan dirinya untuk diolah dan diproses, sebab sekarang ia telah mengerti, untuk apa ia menghidupi kehidupannya.. bukan karena kematian, tapi untuk kehidupan yang lain.



Semoga menjadi inspirasi, salam hangat :)

0 komentar: